Senin, 03 Januari 2011

AMALIAH MUSLIM



AMALIAH MUSLIM
By : Siana’ HUSNAWATI
Jika kita membicarakan islam pada hari ini, ternyata kita menemukan dua hal yang berbeda, bahkan saling berlawanan satu sama lain. Padahal secara hakekat , tentu seharusnya sama, mengacu pada artinya yaitu sejahtera. Jelas terdapat kesalahan, namun apanya yang salah, inilah yang harus kita temukan dan sekaligus kita cari solusinya.
Untuk menemukan apanya yang salah tidaklah gampang, salah satunya adalah kita harus memahami ilmu dasarnya, yang bisa kita temukan pada petunjuknya, yaitu Al-Qur’an. Apa peranan Al-Qur’an dalam hal ini, jelas sangat banyak, dan inilah yang akan kita gunakan sebagai referensi utama menelusuri permasalahannya.
Dalam QS : 2/185 mengatakan sebagai berikut : “..Petunjuk bagi manusia, bukti dari petunjuk tersebut dan pembeda..”. Ternyata dari ayat tersebut, tidak disebutkan AQ itu petunjuk bagi orang Arab misalkan, karena diturunkan di Arab, atau hanya untuk orang islam, atau hanya untuk Muhammad, tapi untuk seluruh umat manusia, dalam artian lain, bila manusia ingin selamat maka gunakanlah AQ. Berikutnya disebutkan bahwa AQ adalah bukti dari petunjuk tadi, maka ayat-ayat yang ada di AQ pasti akan terbukti suatu saat nanti. Dan yang terakhir adalah pembeda, antara yang hak dan yang bathil.
Sudahkah kita gunakan AQ itu sebagai petunjuk dalam kehidupan kita ? Sudahkah hidup dan kehidupan kita diatur oleh AQ ? Dalam berlalu lintas, petunjuk tersebut adalah rambu-rambu, bayangkan seandainya kita tidak mematuhi rambu-rambu tersebut, apa yang akan terjadi. Bisakah kita selamat sampai tempat tujuan ? Salah satu ayat AQ mengatakan sebagai berikut “..Jika kamu ( hai para muslimin ) tidak melaksanakan apa yang telah diperintahkan Allah, niscaya akan terjadi kekacauan dimuka bumi dan kerusakan yang besar.” ( QS : 8/73 ).
Begitu jelas Allah menggambarkan akibat yang terjadi dan memang pasti terjadi ( sesuai fungsi AQ ). Kita bisa melihat berbagai fenomena yang terjadi di sekeliling kita mengenai hal ini. Kelebihan yang dimiliki oleh AQ salah satunya adalah keindahan bahasanya, mana yang lebih dominan ? Tiap malam Jumat orang banyak datang ke Mesjid. Seakan sudah menjadi tradisi surat yang selalu di baca adalah surat Yaa siin. Sampai ngantuk-ngantuk orang membaca surat tersebut, dengan menggunakan tasbih, batu, atau biji jagung. Mana yang lebih dominan dalam hal ini, apakah AQ sebagai petunjuk atau segi bahasanya ( syairnya ) ? Padahal salah satu ayat melarang AQ tersebut dijadikan syair, yaitu :
“ Dan Kami tidak mengajarkan syair kepadanya ( Muhammad ) dan bersyair itu tidaklah layak baginya. Al-Qur’an tidak lain hanyalah pelajaran dan kitab yang memberi penerangan” ( QS : 36/69.
Ayat tersebut memberikan larangan yang keras dalam bersyair, tapi kenyataannya ? Pahamkah mereka ? Coba anda perhatikan, satu hal yang menarik yaitu larangan tersebut berada di surat ke 36, yang ternyata adalah surat Yaa siin. Jelas bahwa mereka belum memahaminya. Dalam bahasan lain, disebutkan jika bukan sebagai petunjuk, maka diperlakukan layaknya seperti dongeng, dan yang mengatakan hal ini adalah orang-orang kafir. Dalam QS : 6/25 disebutkan sebagai berikut :...” orang-orang kafir itu berkata, Al-Qur’an tidak lain hanyalah dongengan orang-orang dahulu......”
“ Dan mereka berkata : Dongengan-dongengan orang-orang dahulu dimintanya supaya ditulis kembali, maka dibacakanlah dongengan itu kepadanya setiap pagi dan petang....” QS : 25/25Setelah sholat subuh, di mesjid-mesjid suka ada tadarus, demikian pula setelah sholat mahgrib, di kedua waktu ini relatif lebih banyak orang dibandingkan waktu lain. Apa yang menjadi rutinitasnya, membaca AQ, di waktu pagi ( setelah subuh ) dan petang ( setelah mahgrib ), padahal ini dikatakan oleh orang-orang kafir, maka tanpa disadari kita telah melakukan apa-apa yang diperolokkan oleh orang-orang kafir tersebut. Itulah beberapa kejadian menarik di sekitar kita, yang harus kita fikirkan. Hal yang berawal dari ketidakpahaman ini akan berakibat sangat fatal bagi perkembangan Islam sendiri. Seperti yang dikatakan dalam satu surat : “ Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran , penglihatan, dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungjawaban.” ( QS: 17/36 ). Tapi kalau kita teliti lebih dalam, hampir 30 % isi Al Qur’an disajikan dalam bentuk dongeng ( cerita ), jadi apakah benar apa yang dikatakan oleh orang-orang kafir tersebut? Apa tujuan Allah menjadikan cerita-cerita tersebut? Apakah hanya sekedar menambah perbendaharaan cerita kita atau ada maksud lain ? Kita lihat dalam salah satu firman Allah swt dalam QS : 12/111 : “ Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal...”
Ternyata kita harus mengambil pelajaran ( ibrah ) dari cerita tersebut. Maka kita harus belajar AQ dan mengambil pelajaran darinya. Mudahkanlah untuk mempelajari AQ tersebut? Untuk menafsirkan satu ayat saja dibutuhkan ilmu-ilmu pendukungnya, misalnya balaghah, nahwu, syorof, mantik, dll, yang jumlahnya sekitar 14 ilmu. Padahal secara logika, kitab balaghah saja terdiri dari banyak bab, yang untuk memahaminya dibutuhkan waktu bertahun-tahun. Kita lihat dalam surat 54/17 : “ Dan sesungguhnya telah kami mudahkan Al-Qur’an untuk pelajaran , maka adakah orang yang mengambil pelajaran?”
Ternyata menurut Allah , mudah untuk mempelajari AQ, bahkan pernyataan ini diulang-ulang pada ayat-ayat ke 21, 23, 32, 39 ( diulang sampai empat kali ), menunjukkan ternyata memang mudah untuk mempelajarinya.
Jika Allah mengatakan bahwa mempelajari AQ itu mudah , tentu kita harus menemukan metode dalam mempelajarinya. Didalam surat Al Israa dijelaskan sebagai berikut :“Dan AQ itu telah kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan kami menurunkan bagian demi bagian.
Dari beberapa uraian diatas dapat di simpulkan bahwa seorang muslim dalam beramal dan beribadah harus nyambung dan sesuai dengan tuntunan AQ dalam memproses segala bentuk tindakan dan sikap dalam berhubungan dengan sesama manusia dan Allah swt. Jika ternyata dalam bersikap dan berhubungan, seorang muslim tidak mampu menampilkan bingkai pergaulan sesuai tuntunan AQ maka sesungguhnya keberadaannya sebagai muslim belum sempurna sebagaimana cita-cita AQ itu sendiri. Setidaknya seorang muslim dapat memahami ciri dan arah mana yang mesti dituju dalam menjalani tanggungjawabnya sebagai seorang muslim.
Seorang muslim yang paham tentang ajaran agama yang dianutnya seyogyanya dapat menjadikan ajaran tersebut sebagai sebuah acuan dalam memahami berbagai macam persoalan mendasar yang menjadi tanggungjawab setiap muslim.
( QS. Al-Ashr : 1-3 )
.......”Demi waktu ! Sesungguhnya manusia pasti berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman ( dan Istiqomah dengan Imannya dan mau membuktikannya dengan )beramal sholeh serta mau saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran.......”
Demikian Al-Qur’an sangat jelas menggambarkan pondasi seorang muslim dalam menjalani kemuslimannya sesuai gambaran umum AQ bahwa seorang muslim harus tetap beriman dan istiqomah dalam beramal sholeh serta dalam beberapa hal selalu menasehati dalam kebenaran dan kesabaran. Jika ketiga pondasi tersebut mampu mewujud dalam diri setiap muslim maka sesungguhnya ia telah mampu meng-Iqra bingkai ajaran islam yang demikian dinamis dan manusiawi ini.
Intinya adalah muka bumi ini harus segera dipusakai oleh khalifah-khalifah dan hamba Allah yang Sholeh sebagaimana Allah telah menjelaskannya dalam QS : 21/105 yakni :
“Dan sungguh telah kami tulis di dalam zabur sesudah ( Kami tulis dalam ) Lauhul Mahfudz, bahwa bumi ini di pusakai oleh hamba-hambaku yang shaleh.”
Dan QS : 2/30
“..Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi......”
Demikianlah sekilas tentang dasar amaliah muslim yang dapat kami tuliskan....
Kritik dan saran akan sangat membantu untuk penyempurnaan tulisan-tulisan kami berikutnya...................................................................................................................................

Tidak ada komentar:

Posting Komentar