By : Husnawati
BAB I
PENDAHULUAN
A. Profil proses Pembelajaran di Kelas
Proses belajar mengajar di sekolah merupakan serangkain kegiatan yang secara sadar telah terencana. Dengan adanya perencanaan yang baik akan mendukung keberhasilan pengajaran, yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas pendidikan. Salah satu upaya untuk meningkatkan sumber daya manusia adalah melalui proses pembelajaran di sekolah yang dilaksanakan pada semua mata pelajaran, salah satunya adalah mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial karena mata pelajaran ini mengajarkan siswa berinteraksi dengan orang lain dan lingkungannya.
Alasan utama yang diberikannya Ilmu Pengetahuan Sosial ialah adanya kepercayaan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari dan dapat membantu pencapaian tingkat kehidupan yang lebih baik. Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan mata pelajaran yang mudah akan tetapi bisa menjadi sulit bagi siswa Artinya dalam mempelajari Ilmu Pengetahuan Sosial diperlukan motivasi, baik itu motivasi internal maupun eksternal karena mata pelajaran ini terkadang membosankan bagi siswa. Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan telaah tentang manusia dan dunianya. Manusia sebagai makhluk sosial selalu hidup dengan sesamanya. dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial menggambarkan bagaimana manusia memahami keseragaman budaya, suku dan adat istiadat, sumber daya alam Selain itu juga mengajarkan mengenal sejarah yang terjadi dimasa lampau dan tokoh-tokohnya dan lain-lain. Oleh karena itu, agar siswa dapat mengetahui dan termotivasi untuk mempelajari mata pelajaran diperlukan kreativitas seorang guru untuk memilih dan menerapkan metode/model pembelajaran dalam proses pembelajaran agar mencapai tujuan yang diharapkan.
Berdasakan hasil observasi peneliti di kelas IVb SD Inpres Biringkaloro kabupaten Gowa, dalam proses pembelajaran di kelas masih terlihat menggunakan metode-metode pembelajaran lama , Guru sangat berperan aktif dalam mengajar , sedangkan siswanya hanya menerima apa yang dikatakan oleh guru (pasif). Pada hal dalam tuntutan kurikulum , siswa seharusnya yang berperan aktif dalam pembelajaran . Guru hanya menjadi fasilitator atau pengarah dalam pembelajaran tersebut . Selain itu, karena siswa tidak dberikan kesempatan untuk mengungkapkan pendapatnya .Siswa kurang berkomunikasi dengan guru , serta masalah yang paling mendasar adalah kurangnya motivasi siswa untuk belajar .Akibatnya siswa mengalami kesulitan dalam memahami masalah-masalah dalam Ilmu Pengetahuan Sosial . Hal tersebut berakibat pula pada rendahnya hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial siswa.
B. Profil Hasil Belajar
Ilmu Pengetahuan Sosial adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan yang merupakan pembelajaran yang memberikan pengetahuan yang lebih luas kepada siswa, tetapi sampai saat ini Indonesia masih banyak permasalahan yang serius yaitu kualitas pendidikan. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa prestasi Ilmu Pengetahuan Sosial siswa masih rendah di bandingkan dengan negara-negara lain. Berdasarkan hasil observasi awal penelitian , pada siswa kelas IVb SD Inpres Biringkaloro kabupaten Gowa menunjukan bahwa rata-rata skor Ilmu Pengetahuan Sosial siswa masih dikategorikan sedang. Berdasarkan teknik kategori , standar yang ditetapkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan ( 1993 : 6) terdapat 5 kategori.
1. Nilai 0-34 di kategorikan sangat rendah .
2. Nilai 35-54 di kategorikan rendah.
3. Nilai 55-64 di kategorikan sedang .
4. nilai 65-84 di kategorikan tinggi.
5. Nilai 85-100 di kategorikan sangat tinggi.
Sedangkan menurut hasil observasi penilaian rata-rata skor Ilmu Pengetahuan Sosial siswa di SD Inpres Biringkaloro tersebut masih tergolong dalam kategori sedang yaitu 62 berada pada silang 55-64.
Melihat kenyataan ini , perlu dilakukan suatu tindakan untuk meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial siswa. Oleh karena itu peneliti merasa perlu untuk meningkatkan motivasi siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick.
C. Rumusan Masalah berdasarkan profil proses pembelajaran dan hasil belajar
Berdasarkan profil proses pembelajaran dan profil hasil belajar yang telah dikemukakan diatas maka dibuat suatu masalah sebagai berikut ;” bagaimana menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD inpres Biringkaloro kabupaten Gowa?
D. Bentuk tindakan untuk memecahkan masalah sesuai dengan masalah
Masalah rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial kelas IVb SD Inpres Biringkaloro kab. Gowa dapat diatasi melalui model pembelajaran kooperatif tipe talking stick.
E. Argumentasi Logis Pilihan Tindakan
Sesuai dengan hasil observasi , bahwa siswa apabila berhadapan langsung dengan guru dalam proses pembelajaran, siswa akan canggung untuk belajar. Apabila siswa belum mengerti atau paham pada saat proses balajar siswa canggung untuk bertanya pada gurunya dan siswa masih kurang percaya diri untuk menjawab pertanyaan. Tidak sama halnya ketika siswa diberikan suatu kelompok belajat , siswa yang belum paham atau belum mengerti tidak akan merasa canggung untuk bertanya pada teman kelompoknya, sehingga proses belajar akan lancar.
Oleh karena itu siswa perlu diberikan suatu model pembelajaran yang bisa lebih memotivasi siswa dan membantu siswa untuk lebih mudah menerima materi pelajaran . Dalam hal ini diberikan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick untuk membantu siswa dalam proses belajarnya. Tujuan lain yang ingin dicapai dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif adalah membantu siswa dalam meningkatkan pencapaian akademiknya.
F. Tujuan Penelitian
Berdasakan rumusan masalah yang telah dikemukakan diatas maka tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial melalui model pembelajaran kooperatif tipe talking stick pada siswa kelas IV SD inpres Biringkaloro kabupaten Gowa.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Motivasi
Kata “motif” diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan didalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi interen (kesiap-siagaan). Berawal dari kata motif itu maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan atau mendesak.
Menurut Noehi Nasution (1993: 8) motivasi adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Jadi motivasi untuk belajar adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk belajar. Kuat lemahnya motivasi belajar seseorang turut mempengaruhi keberhasilan belajar. Karena itu, motivasi belajar perlu diusahakan.
B. Definisi Ilmu Pengetahuan Sosial
Pada hakekatnya perkembangan hidup manusia mulai saat lahir sampai menjadi dewasa tak dapat terlepas dari masyarakat. Oleh karena itu pengetahuan sosial dapat dikatakan tak asing bagi tiap orang, Sejak bayi telah melakukan hubungan dengan orang lain terutama dengan ibunyadan dengan anggota keluarga yang lainnya. Meskipun dengan sepihak. Hubungan sosial itu telah terjadi, tanpa hubungan sosial bayi tidak akan mampu berkembang menjadi manusia dewasa. Pengalaman manusia di luar dirinya tidak hanya terbatas hanya dalam keluarga tapi juga meliputi teman sejawat, warga kampung dan sebagainya. Hubungan sosial yang dialami makin meluas, dari pengalaman dan pengenalanan dan hubungan Sosial tersebut dalam diri seseorang akan tumbuh pengetahuan. Pengetahuan yang melekat pada diri seseorang termasuk pada diri orang lain dapat terangkum dalam “pengetahuan sosial”. Segala peristiwa yang dialami dalam kehidupan manusia telah membentuk pengetahuan sosial dalam diri kita masing-masing.
Kehidupan sosial manusia di masyarakat beraspek majemuk yang meliputi aspek hubungan sosial, ekonomi, sosial, budaya, politik, psikologi, sejarah, geografi. Beraspek majemuk berarti kehidupan sosisal meliputi berbagai segi yang berkaiatan satu sama lain. Bukti bahwa maanusia adalah multiaspek, kehidupan sosial yang merupakan hubungan aspek-aspek ekonomi adalah sandang, papan, pangan merupakan kebutuhan manusia.
Hakikat ilmu pengetahuan sosial adalah telaah tentang manusia dan dunianya. Manusia sebagai makhluk sosial selalu hidup dengan sesamanya. dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial menggambarkan bagaimana manusia memahami keseragaman budaya, suku dan adat istiadat, sumber daya alam Selain itu juga mengajarkan mengenal sejarah yang terjadi dimasa lampau dan tokoh-tokohnya dan lain-lain.
C. Definisi Belajar
Belajar merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan yang terjadi pada individu tersebut, belajar banyak diartiakn dan didefinisikan oleh para ahli dengan rumusan dan kalimat yang berbeda, pada hakikatnya prinsip dan tujuan sama.
Menurut Robert M. Gagne ( 1976:3) dalam bukunya mendefinisikan “ learning is change in human disposition or capability, which persists over a period of time, and which is not simply ascribable to processes of growth”.
“Pelajaran adalah suatu perubahan didalam diri manusia atau kemampuan yang tetap berlaku setelah jangka waktu tertentu dan yang mana tidak hanya disebabkan ole proses pertumbuhan”.
Menurut Morgan (Hastomo 2003:6 ) memberikan pengertian belajar sebagai berikut :
“Belajar adalah setiap perubahan tingkah laku yang relative tetap dan terjadi sebagai hasil latihan atau pengalaman”.
Sedangakan Hudoyo (Mulhayu,2000:6) mengemukakan bahwa:
“Belajar merupakan suatu usaha yang berupa kegiatan sehingga terjadi perubahan tingakah laku yang relative tetap. Perubahan ini ditandai oleh kemampaun siswa mendemonstrasiakn pengetahuan keterampilan”.
Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku pada didri seseorang akibat interksi individu dengan lingkungannya, perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar diharapkan bersifat positif, perubahan yang dimaksud dapat berupa pengetahuan, pemahaman, keterampilan, kecakapan, kebiasaan,sikap dan tingkah laku serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu belajar.
D. Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial
Istilah hasil belajar tersebut tersusun dari dua kata yakni dari kata hasil dan belajar. Menurut kamus besar bahasa Indonesia , hasil diartikan sebagai sesuatu yang telah dicapai dari apa yang dilakukan atau apa yang telah dikerjakan sebelumnya. Belajar itu sendiri merupakan proses perubahan perilaku akibat interaksi individu dengan lingkungan. Jadi hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar.
Pengertian hasil belajar menurut para ahli yaitu:
1) Menurut Lindgren hasil pembelajaran meliputi kecakapan, infomasi, pengertian, dan sikap Suprijono (2009:7). Dan defenisi hasil belajar menurut slavin (2005) adalah semua efek yang dapat dijadikan sebagai indikator tentang nilai dari penggunaan metode pembelajaran dari kondisi yang berbeda. Efek ini bisa berupa efek yang sengaja dirancang, karena itu ia merupakan efek yang diinginkan dan bisa juga berupa efek nyata sebagai hasil penggunaan metode pembelajaran tertentu.
2) Menurut Anni (2004:4), hasil blajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar.
3) Hasil belajar menurut sudjana (1990:22) adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.
4) Menurut Nana Sudjana (Arimina,2004:7) bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar. Jadi, hasil belajar merupakan hasil dari interaksi belajar mengajar. Bagi siswa hasil belajar merupakan berkhirnya proses, bagi guru diakhiri dengan evaluasi hasil belajar.
Jadi, hasil belajar merupakan salah satu ukuran penguasaan siswa mendapatkan pelajaran di sekolah. Untuk mengukur kemampuan siswa tersebut dilakukan evaluasi. Evaluasi hasil belajar dapat diartikan sebagai suatu kegiatan pengumpulan data mengenai kemampuan belajar siswa untuk menentukan apakah kompetensi dasar dan indikator hasil belajar tercapai seperti apa yang diharapkan.
Jika dikaitkan dengan Ilmu Pengetahuan Sosial, maka hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial adalah suatu hasil yang dicapai atau diperoleh siswa dalam menekuni dan mempelajari Ilmu Pengetahuan Sosial atau yang terkait secara sadar sebagai hasil belajar dari interaksi. Hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial dikatakan berhasil jika pemahaman konsep yang dicapai sudah mampu diaplikasikan dalam proses belajar untuk menyelesaikan soal pada mata pelajaran . Ilmu Pengetahuan Sosial.
E. Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan ide lama (Johnson dan Johnson 2004). Talmud, seorang filosof, berpendapat bahwa untuk dapat belajar seseorang harus memiliki teman. Pada awal abad pertama, Quintillion berargumentasi bahwa siswa mendapat manfaat dari saling mengajar satu sama lain. Seorang filosofi Romawi, Seneca, mengatakan bahwa when you teach, you lear twice. Dari sinilah ide pembelajaran kooperatif dikembangkan (Ibrahim.dkk, 2000:12). Menurut Arends (2001: 316) ide tentang pembelajaran kooperatif dapat ditelusuri kembali dari zaman Yunani Kuno. Namun demikian, perkembangannya pada masa kini dapat dilacak dari karya psikologi pendidikan dan teori belajar pada awal abad ke-20. Para ahli tersebut diantaranya adalah john Dewey (1916) dan Herbert Thelan (1954, 1969).
Sekarang ini, pembelajaran ini terus dikembangakan . Jacob dan Hannah (2004) mendefinisikan “cooperative learning, also known as collaborative learning is a body of concepts and techniques for helping to maximize the benefits of cooperation among students” ( pembelajaran kooperatif, yang juga dikenal sebagai pembelajaran kolaboratif adalah sebuah sesuatu konsep-konsep dan teknik untuk membantu memaksimalkan manfaat dari kerja sama antar siswa.
Arends (1997: 111) mengemukakan beberapa pembelajaran kooperatif, yaitu:
a. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya;
b. Kelompok dibentuk dari siswa dengan kemampuan tinggi, sedang, rendah;
c. Jika mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, suku, budaya, dan jenis kelamin berbeda.
d. Penghargaan lebih berorientasi pad kelompok dari pada individu.
Dalam pembelajaran kooperatif, sebagai besar aktivitas pembelajaran berpusat pada siswa, yakni mempelajari materi pelajaran, berdiskusi untuk memecahkan masalah (tugas). Suherman ( Nur Arifah, 2006: 12), mengemukakan bahwa belajar pembelajaran kooperatif mencakupi suatu kelompok kecil siswa yang bekerja sebagai tim untuk menyelesaiakan sebuah masalah, menyelasaikan suatu tugas atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama lainnya.
Model pembelajaran kooperatif akan dapat melatih siswa untuk mendengarkan pendapat orang lain, tugas-tugas kelompok akan dapat memacu para siswa untuk belkerja sama saling membantu sama lain untuk mengintegrasiakan pengetahuan-pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah dimilkinya. Dengan mempraktekkan pembelajaran kooperatif di kelas, suatu hari kelak akan menuai sebuah sebagai makhluk sosial ( homo homini socius), bukan homo homini lupus (manusia adalah serigala bagi temannya). Dengan kata lain, pembelajaran kooperatif adalah cara belajar mengajar berbasis peace education yang pasti mendapat perhatian.
Pembelajaran koperatif bukan bermaksud untuk menggantikan pendekatan kompetetif (persaingan). Nuansa kompetitif dalam kelas akan sangat baik bila diterapkan secara sehat. Pendekatan kooperatif ini adalah sebagai alternatif pilihan dalam mengisi kelemahan kompetensi , yakni hanya sebagai siswa saja yang akan bertambah pintar, sementara yang lainnya semakin tenggelam dalam ketidaktahuannya.
Secara umum sintaks model pembelajaran kooperatif dapat dilihat sebagai berikut:
Sintaks model pembelajaran kooperatif
Fase Kegiatan Guru
Fase-1
Menyampaikan tujuan dan motivasi siswa Guru menyampaikan tujuan pembelajaran (indicator hasil belajar) guru memotivasi siswa mengaitkan pembelajaran sekarang dengan yang terdahulu.
Fase-2
Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bacaan.
Fase-3
Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok belajar Guru menjelaskan kepada siswa cara membentuk kelompok belajarm, guru mengorganisasikan siswa kedalam kelompok-kelompok belajar (setiap kelompok beranggotakan 4-5 orang dan harus heterogen terutama jenis kelamin dan kemampuan siswa).
Fase-4
Membimbing kelompok kerja dan belajar Guru membimbing kelompok belajar pada saat siswa mengerjakan tugas.
Fase-5
Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau meminta siswa mempresentasikan hasil karya kerjanya, kemudian dilanjutkan dengan diskusi.
Fase-6
Memberikan penghargaan Guru memberikan penghargaan kepada siswa yang berprestasi untuk menghargai upaya maupun hasil belajar siswa baik secara individu maupun kelompok.
1. Unsur-Unsur Dasar Pembelajaran Kooperatif
Menurut Lundren (Isjoni, 2007: 13), unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif antara lain sebagai berikut:
a. Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam atau berenang bersama”
b. Para siswa harus memiliki tanggung jawab siswa atau peserta didik lain kelompoknya, selain tanggung jawab terhadap diri sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi.
c. Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semua memiliki tujuan yang sama.
d. Para siswa membagi tugas dan tanggung jawab diantara para anggota kelompok.
e. Para siswa diberikan satu evakuasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi kelompok.
f. Para siswa berbagi kepemimpinan memperoleh keterampilan bekerjasama selama belajar.
g. Setiap siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
2. Ciri-Ciri Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Siswa belajar dalam kelompok, produktif mendengar, mengemukakan pendapat, dan membuat keputusan secara bersama.
b. Kelompok siswa terdiri dari siswa-siswa yang memiliki kemampuan yang tinggi, sedang dan rendah.
c. Jika dalam kelas, terdapat siswa-siswa yang terdiri dari beberapa ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda, maka diupayakan agar dalam tiap kelompoknya terdiri dari ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda pula.
d. Penghargaan lebih diutamakan pada kerja keolompok daripada perorangan.
Pada hakekatnya pembelajaran kooperatif sama dengan kerja kelompk, walaupun pembelajaran kooperatif terjadi dalam bentuk kelompok, tetapi tidak setiap kerja kelompok pembelajaran kooperatif.
Bennet (Isjoni, 2007: 41) menyatakan ada lima unsur dasar yang dapat membedakan pembelajaran kooperatif dengan kerja kelompok, yaitu:
a. Positive intercepence, yaitu hubungan timbale balik yang didasari adanya kepentingan yang sama atau perasaan diantara anggota kelompok dimana keberhasilan seseorang merupakan keberhasilan yang lain pula atau sebaliknya.
b. Interaction face to face, yaitu interaksi yang langsung terjadi antar siswa tanpa ada perantara.
c. Adanya tanggung jawab pribadi mengenai materi pelajaran dalam anggota kelompok.
d. Membutuhkan keluwesan
e. Meningkatkan keterampilan bekerjasama dalam memecahkan masalah (proses kelompok).
3. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Arends (1997: 111) meyatakan bahwa “the cooperative learning model was developed to achieve at least there important instructional goals: academic achievement, acceptance of diversity and social skill development ”. yang maksudnya adalah bahwa model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai sekurang-kurangnya tiga tujuan pembelajaran penting, yaitu:
a. Hasil belajar akademik , yaitu untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Pembelajaran model ini dianggap unggul dalam membantu siswa dalam memahami konsep-konsep yang sulit.
b. Penerimaan terhadap keragaman, yaitu agar siswa menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai macam latar belakang.
c. Pengembangan keterampilan social, yaitu untuk mengembangkan keterampilan social siswa diantaranya: berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya, mau mengungkapkan ide, dan bekerja dalam kelompok.
4. Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif
a. Tugas-tugas perencanaan seperti memilih pendekatan, pemeilihan materi yang sesuai, pembentukan kelompok siswa, pengembangan materi dan tujuan mengenalkan siswa pada tugas dan peran, merencanakan waktu dan tempat.
b. Tugas-tugas intertaktif, yaitu menyampaikan tujuan pembelajaran, membangkitkan motivasi, menyajikan informasi, mengorganisasikan dan membentuk kelompok belajar, mengevaluasi dan memberikan penghargaan.
5. Langkah-Langkah Pembelajaran
Adapun langkah-langkah pembelajaran langsung setting kooperatif adalah sebagai berikut:
a) Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa, dimana guru berperan dan menjelaskan inkator hasil belajar, informasi latar belakang pelajaran, pentingnya pelajaran, mempersiapakan siswa untuk belajar.
b) Mendemostrasikan pengetahuan atau keterampilan, dimana guru memegang peranan dalam mendemostrasikan keterampilan dengan benar, atau menyajikan informasi tahap demi tahap.
c) Membimbing kelompok kerja dan belajar, guru membimbing kemompok belajar pada saat siswa mengerjakan tugas.
d) Evaluasi, guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau meminta siswa mempresentasikan hasil karyanya, kemudian dilanjutkan dengan diskusi.
e) Memberikan penghargaan, guru memberikan penghargaan kepada siswa yang nerprsetasi untuk menghargai upaya maupun hasil belajar siswa baik secara individu maupun kelompok.
F. Model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick
Talking Stick termasuk salah satu model pembelajaran kooperatif. Dimana pembelajaran ini mendorong peserta didik ( siswa ) untuk berani mengemukakan pendapatnya tanpa ada rasa takut salah. Model pembelajaran ini dilakukan dengan bantuan tongkat, siapa yang memegang tongkat harus menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari materi pokoknya. Selain melatih untuk berbicara, pembelajaran ini akan menciptakan suasana yang menyenangkan dan membuat siswa aktif.
Pembelajaran dengan Talking Stick ini memliki langkah-langkah penerapannya dapat dilakukan sebagai berikut:
1) Guru membentuk kelompok yang terdiri atas 4-5 orang
2) Guru menyiapkan sebuah tongkat yang panjangnya 20 cm
3) Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan para kelompok untuk membaca dan mempelajari materi pelajaran
4) siswa berdiskusi membahas masalah-masalah yang ditemukan
5) Setelah kelompok selesai membaca materi pelajaran dan mempelajari isinya, guru mempersilahkan anggota kelompok untuk menutup isi bacaan
6) Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada salah satu anggota kelompok, setelah itu guru memberi pertanyaan dan anggota kelompok yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian
7) siswa lain boleh membantu menjawab pertanyaan jika anggota kelompoknya tidak bisa menjawab pertanyaan
8) Guru memberikan kesimpulan
9) Guru melakukan evaluasi/penilaian, baik secara kelompok maupun individu
10) Guru menutup pembelajaran.
BAB III
PROSEDUR PELAKSANAAN
A. Jumlah siswa, tempat, dan waktu pelaksanaan P2K
1. Jumlah siswa
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IVb SD. Inpres Biringkaloro kab. Gowa dengan jumlah siswa 33 orang, terdiri dari 19 laki-laki dan 14 perempuan.
2. Tempat Pelaksanaan P2K
Dalam penelitian ini penulis mengambil lokasi di SD. Inpres Biringkaloro kelurahan tetebatu, kecamatan pallangga kabuaten Gowa penulis mengambil lokasi atau tempat ini sesuai dengan lokasi tempat penulis melakukan kegiatan P2K.
3. Waktu Pelaksanaan P2K
Dalam penelitian ini penulis melakukan penelitian selama 2 bulan terhitung mulai bulan agustus s.d bulan Oktober. Waktu dari perencanaan sampai penulisan laporan hasil penelitian tersebut pada semester ganjil Tahun Ajaran 2011/2012.
B. Langkah-langkah Pembuatan Perangkat Pembelajaran Inovatif
Penelitian tindakan ini dilaksanakan di dalam kelas. Desain ini dipilih karena masalah utama muncul dari praktik pembelajaran di kelas sebaagai upaya peningkatan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif, prosedur penelitian tindakan ini tampak pada alur pelaksanaan tindakan berikut:
Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) ini menggunakan dua kali siklus, yaitu :
Siklus I
1. Perencanaan
Tahap ini merupakan suatu tahap persiapan untuk melakukan suatu tindakan. Pada tahap ini langkah-langkah yang dilakukan peniliti adalah sebagai berikut:
a. Menelaah kurikulum materi pelajaran IPS untuk kelas IV inpres Biringkaloro, Melakukan konsultasi dengan dosen pembimbing dan pihak sekolah mengenai rencana teknis penelitian.
b. Membuat skenario pembelajaran dikelas dalam hal ini pembuatan Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan materi yang akan diajarkan setiap pertemuan.
c. Menentukan metode pembelajaran yang akan digunakan.
d. Membuat alat bantu atau media pengajaran.
e. Membuat lembar observasi untuk mengamati bagaimana kondisi belajar ketika pelaksanaan tindakan berlangsung.
f. Membuat soal, digunakan untuk mengevaluasi siswa sejauhmana siswa mengetahui pelajaran yang telah diberikan.
2. Pelaksanaan Tindakan
Secara umum tahap pelaksanaan tindakan siklus I, meliputi :
Pelaksanaan tindakan pada siklus ini dilakukan selama 4 kali pertemuan. Pertemuan pertama sampai pertemuan ketiga diisi dengan kegiatan proses belajar dengan menerapkan pembelajaran Talking Stick. Untuk pertemuan keempat diisi dengan evaluasi terhadap materi yang telah diberikan pada siklus I. Pada tahap pelaksanaan tindakan yang akan dilakukan adalah skenario tindakan yang direncanakan yaitu:
a. Pada awal kegiatan pembelajaran guru membangun hubungan yang harmonis untuk memahami karakteristik siswa.
b. Sebelum memulai pelajaran, peneliti melakukan perkenalan dengan siswa kemudian memberikan motivasi kepada siswa.
c. Peneliti memberikan apersepsi tentang konsep suatu pokok bahasan yang sedang dipelajari dan membimbing siswa dalam penerapan pembelajaran IPS dengan model Talking Stick.
d. Melakukan pengajaran sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun sebelumnya pada tahap perecanaan.
e. Memberikan tes untuk mengetahui hasil belajar terkait materi yang telah diajarkan.
3. Observasi
Pada prinsipnya tahapan observasi dilaksanakan selama penelitian berlangsung dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat. Adapun hal-hal yang diobservasi adalah:
1. persentase kehadiran siswa
2. Siswa yang memperhatikan penjelasan guru
3. Siswa yang bertanya
4. Siswa yang mampu menjawab pertanyaan lisan guru
5. Siswa yang menyelesaikan tugas,
6. Siswa yang melakukan kegiatan lain saat proses pembelajaran.
4. Refleksi
Hasil pada tahap observasi dikumpulkan untuk dianalisis dan dievaluasi oleh peneliti, kemudian peneliti dapat merefleksi diri tentang berhasil tidaknya yang dilakukan. Hasil dari siklus pertama digunakan untuk menentukan tindakan pada siklus kedua.
Kegiatan refleksi pada penelitian ini meliputi:
a) Mengingat dan merenungkan kembali kesesuaian tindakan-tindakan yang telah dilakukan dengan hasil-hasil observasi.
b) Mendiskusikan hasil refleksi yang telah dibuat bersama dengan guru mata pelajaran IPS.
c) Merencanakan perbaikan-perbaikan tindakan pada siklus tindakan berikutnya.
d) Mengevaluasi tingkat keberhasilan yang dicapai sesuai tujuan pemberian tindakan.
Siklus II
Langkah yang dilakukan pada Siklus II pada umumnya sama seperti kegiatan yang telah dilakukan pada Siklus I dengan melakukan beberapa perbaikan seperti : mengamati siswa lebih tegas dan memberikan teguran bagi siswa yang kurang disiplin, untuk siswa yang hasil belajarnya rendah dan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal diberi bimbingan khusus di kelas dan diberi kesempatan untuk menjawab pertanyaan secara lisan, agar siswa dapat lebih bergairah dan mampu memahami Ilmu Pengetahuan Sosial sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan. Hasil yang diperoleh dari siklus II ini diharapkan agar lebih baik dari Siklus I.
C. Implementasi RPP dan evaluasi di kelas /prosedur Pengambilan Data
1. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. Hasil pengamatan observer
b. Hasil tes siklus, siswa kelas IVb SD Inpres Biringkaloro.
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. Evaluasi tertulis
Evaluasi digunakan untuk mengetahui dan mengukur seberapa besar hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial siswa, mengukur keberhasilan dan efisiensi pembelajaran yang di lakukan serta seberapa jauh siswa menyerap materi pelajaran yang telah disampaikan. Evaluasi ini dilakukan pada akhir siklus setelah proses pembelajaran selesai.
b. Dokumentasi
Kegiatan dokumentasi dimaksudkan untuk memperoleh data jumlah siswa kelas IV SD inpres Biringkaloro dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) mata pelajaran IPS.
c. Observasi
Observasi dilakukan untuk mengamati kegiatan guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Observasi dilaksanakan terhadap siswa secara langsung yang berarti mengadakan pengamatan secara langsung terhadap subjek yang diteliti.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini membahas tentang hasil-hasil penelitian yang menunjukkan peningkatan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial siswa kelas IVb SD. Inpres Biringkaloro, setelah diterapkan pembelajaran kooperatif tipe Talking stick. Adapun yang daianalisis adalah skor hasil belajar siswa yang diberikan setiap akhir siklus secara diskriptif, data mengenai perubahan sikap siswa yang diambil dari rekaman pengamatan dan tanggapan yang diberikan oleh siswa baik yang tertulis maupun secara lisan.
A. Hasil penelitian
1. Siklus I
a. Hasil analisa kuantitatif
Pelaksanaan pembelajaran pada siklus I diberikan materi selama 3 kali pertemuan dan tes siklus diberikan pada pertemuan ke 4. Adapun data skor hasil belajar siklus I dapat dilihat pada tabel (4) berikut ini.
Tabel 4.1. Statistik skor hasil belajar siswa kelas IVb SD Inpres Biringkaloro kab. Gowa pada akhir siklus I.
Statistik Nilai statistik
Jumlah siswa
Skor nilai
Nilai minimum
Nilai maksimum
Skor rata-rata 33
100
30
79
52,24
Dari tabel 4.1. menunjukkan bahwa skor rata-rata hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial setelah diterapkan pembelajaran kooperatif tipe talking stick pada siklus I adalah dari skor ideal yang mungkin dicapai yaitu 100 dari skor rata-rata 52,24 menunjukkan bahwa hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial siswa kelas IVb SD Inpres Biringkaloro kab. Gowa masih rendah.
Hasil ini disebabkan karena masih kurangnya perhatian siswa dengan melakukan kegiatan lain selama proses pembelajaran berlangsung. Apabila skor hasil belajar siswa dikelompokkan ke dalam 5 kategori maka diperoleh distribusi frekuensi nilai seperti yang disajikan pada tabel 4.2.
Tabel 4.2. Distribusi frekuensi dan persentase skor hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial siswa kelas IVb SD Inpres Biringkaloro kab. Gowa. pada siklus I.
No Skor kategori Frekuensi Persentase (%)
1.
2.
3.
4.
5. 0-34
35-54
55-64
65-84
85-100 Sangat rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat tinggi 5
10
13
5
- 15,1
30,4
39,4
15,1
-
jumlah 33 100
b. Hasil analisis kuantitatif
Selama berlangsungnya penelitian pada siklus I tercatat sikap yang terjadi pada setiap siswa terhadap pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Sikap siswa tersebut diperoleh dari lembar observasi pada setiap pertemuan yang dicatat pada setiap siklus.
Adapun sikap siswa dari siklus I adalah sebagai berikut :
1. Perhatian siswa pada siklus I terhadap pelajaran masih kurang sehingga siswa belum memahami sepenuhnya pelajaran.
2. Pada saat proses pembelajaran, masih banyak siswa yang keluar masuk, sehingga menganggu konsentrasi temannya yang sedang belajar.
3. Pada saat melakukan tanya jawab masih banyak siswa yang tidak bisa memberikan jawaban, karena tidak memperhatikan ada saat guru menjelaskan.
4. Pada siklus I siswa kurang berani mengungkapkan pendapatnya.
c. Hasil analisis refleksi
Pada siklus I, motivasi siswa dalam proses pembelajaran masih kurang, siswa tidak bersemangat dalam mengikuti pelajaran IPS. pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru terkadang tidak dihiraukan oleh siswa.
Pada pertemuan kedua sampai pertemuan terakhir siklus I motivasi dan semangat belajar siswa meningkat, mereka senang belajar karena dalam penerapan model yang dipilih sangat tepat untuk siswa, dimana model ini guru memutarkan lagu kemudian siswa mengoper tongkat dari satu kelompok kekelompok lain. Dan pada saat lagu berhenti siswa juga menghentikan tongkat, siswa yang mendapatkan tongkat harus menjawab pertanyaan dari guru. Dengan cara ini siswa lebih bersemangat belajar dan selalu siap menjawab pertanyaan karena sewaktu-waktu dia yang mendapatkan giliran untuk menjawab. Akan tetapi masih ada sebagian siswa baik secara individu maupun kelompok mampu yang tidak mampu menjawab pertanyaan baik secara lisan maupun tulisan.
Setiap selesai proses belajar mengajar, guru memberikan pekerjaan rumah (PR) bagi siswa dengan tujuan agar siswa mau belajar dan melatih diri dalam menyelesaikan soal-soal yang ada dan dikumpulkan pada pertemuan berikutnya.
Sesuai dengan modal pembelajaran kooperatif tipe talking stick pada tes terakhir maka guru memberikan penghargaan kepada siswa baik secara individu maupun kelompok.
2. Siklus II
a. Hasil analisis kuantitatif
Seperti halnya pada siklus I, tes belajar pada siklus II ini dilaksanakan dengan bentuk ulangan harian. Hasil analisis kuantitatif menunjukkan bahwa skor rata-rata yang dicapai oleh siswa kelas IVb SD Inpres Biringkaloro kab. Gowa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Talking stick pada siklus II yang disajikan dalam tabel 4.4
Tabel 4.4 Statistik skor hasil belajar siswa kelas IVb SD Inpres Biringkaloro kab. Gowa pada akhir siklus II
Statistik Nilai Statistik
Jumlah siswa
Skor ideal
Nilai maksimum
Nilai minimum
Skor rata-rata 33
100
100
50
75,06
Pada tabel 4.4 diatas menunjukkan bahwa skor rata-rata pemahaman siswa75,06. Skor yang terendah yang dicapai siswa secara 50 dari skor yang mungkin dicapai 0 sampai skor tertinggi yang diperoleh siswa 100 dari skor ideal yang mungkin dicapai 100. Dengan rentang skor 50. Hal ini menunjukkan kemampuan siswa cukup bervariasi.
Apabila skor hasil belajar siswa di kelompokkan ke dalam 5 kategori maka distribusi frekuensi nilai dilihat dari tabel 4.5.
Tabel 4.5 Distribusi frekuensi dan persentase skor hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Siswa kelas IVb SD Inpres Biringkaloro kab. Gowa. Pada akhir siklus II.
No Skor kategori Frekuensi Presentase (%)
1.
2.
3.
4.
5. 0-34
35-54
55-64
65-84
85-100 Sangat rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat tinggi ¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬0
2
3
21
7 0
6,1
9,1
63,6
21,2
jumlah 33 100
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa persentase skor pemahaman siswa setelah diterapkan siklus II sebesar 0 % berada pada kategori sangat rendah, 6,1 % berada pada kategori rendah, 9,1 % berada pada kategori sedang, 63,6 % berada pada kategori tinggi dan 21,2 % berada pada kategori sangat tinggi.. Maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa kelas IVb SD Inpres Biringkaloro kab. Gowa berada pada kategori tinggi dan mengalami peningkatan hasil belajar.
b. Hasil Analisis Kualitatif
Selama penelitian langsung, selama terjadi peningkatan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial pada siklus I, dan siklus II yang terjadi pada setiap siswa terhadap pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.
Adapun perubahan sikap siswa pada siklus II adalah sbb:
1. Perhatian siswa terhadap selama proses pembelajaran pada siklus II ini meningkatkan sehingga siswa sudah mulai paham pada materi pelajaran.
2. Pada saat proses pembelajaran sudah jarang siswa yang keluar masuk sehingga proses belajar mengajar bisa konsentrasi pada pelajaran.
3. Sudah terlihat keseriusan siswa dalam menyelesaikan dalam memperhatikan pelajaran dan sudah mampu menjawab pertanyaan secara lisan serta dapat menyelesaikan soal-soal tulisan.
4. Pada siklus II ini, siswa sudah berani dan mampu menjawab dengan benar dan mampu bekerja sama dengan teman kelompoknya.
c. Hasil Analisis Refleksi
Pada siklus II, motivasi siswa untuk mengikuti proses belajar mengajar mengajar sudah terlihat meningkat, siswa sudah mampu mnjawab yang diajukan. Pada siklus II ini, siswa sudah tidak pasif lagi dalam proses belajar mengajar, siswa yang lebih dominan dalam mengeluarkan pendapat mereka.
Pada siklus II semangat dan keaktifan siswa semakin memperlihatkan kemajuan. Secara umum dapat dikatakan bahwa seluruh kegiatan pada siklus II ini mengalami kemajuan.
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Dalam penelitian ini diterapkan model kooperatif talking stick yang terdiri dari dua siklus. Penelitian ini membuahkan hasil yang signifikan yakni meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial siswa kelas IVb SD Inpres Biringkaloro kab. Gowa.
Peningkatkatan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial siswa pada stiap siklus dapat dilihat dari tabel 4.7 berikut:
Tabel 4.7. Perbandingan Nilai Rata-rata Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Siswa Kelas IVb SD Inpres Biringkaloro kab. Gowa. pada Setiap Siklus.
Siklus Perolehan Nilai Dari 34 Siswa
Maksimum Minimum Mean
1 79 30 52,24
2 100 50 75,06
Dilihat dari tabel di atas menunjukan bahwa setelah dilaksanakan 2 kali tes siklus, banyak siswa yang mengalami peningkatan hasil belajar dan nilai rata-rata yang diperoleh sisa pada siklus I 52,24 menjadi 75,06 pada siklus II ini menunjukkan bahwa setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick siswa mengalami peningkatan hasil belajar.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil observasi dan pembahasan sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Skor rata-rata yang diperoleh siswa setelah mengamati tes akhir dari Siklus I dan Siklus II setelah diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe talking stick mengalami peningkatan, yaitu dari 76,61 meningkat menjadi 80,64.
2. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick telah memberikan perubahan sikap pada diri siswa ke arah yang lebih baik. Hal ini terlihat dari hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti, mulai dari kehadiran siswa, sikap siswa dalam belajar, keaktifan siswa, motivasi belajar siswa, serta pandangan siswa tentang pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.
3. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IVb SD Inpres Biringkaloro kab. Gowa.
B. Saran-saran
Dari hasil penelitian yang mengindikasikan adanya peningkatan hasil belajar siswa dan terjadinya perubahan sikap positif siswa maka diajukan saran-saran sebagai berikut:
1. Penerapan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick hendaknya dilakukan dari meningkatkan hasil pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial siswa dan perubahan sikap positif siswa.
2. Demi terciptanya proses belajar mandiri siswa secara efektif, hendaknya setiap siswa memiliki buku panduan siswa sendiri.
3. Diharapkan bagi guru-guru Ilmu Pengetahuan Sosial agar menerapkan model, pendekatan pembelajaran yang bisa memotivasi siswa untuk lebih menyukai plajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.
DAFTAR PUSTAKA
Anurrahman. 2009. Belajar dan pembelajaran. Bandung : alfabeta
A.M, Sardiman. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Menganjar. Jakarta; Rajawali Ekspress.
Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian. Cet. XI. Jakarta; PT. Rineka Cipta.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2008. Psikologi belajar. Jakarta : Rineka cipta
Ilhamuddin. 2007. Peningkatan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosialn pada Siswa Kelas VII. SMP Muhammadiyah 12 Makassar Melalui Pembelajaran Langsung Setting Kooperatif. Unismuh
Samad, Sulaiman. Dkk. 2008. Profesi Keguruan. Makassar; FIP-UNM.
Sudjana, Nana. 1998. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung; Sinar Baru.
Sudjana, Nana. 2004. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung; Sinar Baru-Algesindo.
Suprijono, agus. 2009. Coopertif learning. Yogyakarta : pustaka pelajar.
Nama Siswa dan Data Hasil Nilai Rata-rataTiap Siklus
No Nama Siswa Nilai
Siklus I Siklus II
1. Irfan Tojeng 75 70
2. Nurindah Sari 30 50
3. Muh.Al Ikhsan 55 68
4. Hasnah 76 75
5. Rian 37 70
6. Dahrul Sahid 58 80
7. Muh. Ruslan 57 72
8. Rendi Riswandi 54 85
9. Sri Handayani 30 65
10. Nur Safitra Haerul Nisa 37 68
11. Rahmawati 37 71
12. Abd. Dandi 62 95
13. Risaldi 53 68
14. Khaeril 49 60
15. Muh.Hajir 50 60
16. Muh.Syahrul 62 73
17. Ririn Al Fajrin 62 78
18. Muh.Ilham 65 70
19. Reksa Ardiansyah 64 76
20. Kartini 62 92
21. Nur irmaya 70 79
22. Wahyu Reksa 42 50
23. Nur Anggara Reksa 43 78
24. Sunita Citra 40 63
25. Nadya Febrianti 62 87
26. Henra Reskiawan 40 91
27. Danil Ibnu Farhan 79 95
28. St.Rahma Anugrah 30 74
29. Irawati 36 82
30. Nur fadilah 62 100
31. Reski Amelia 31 81
32. Herlita 55 77
33. Nur aswan hasan 59 74
JUMLAH 1724 2477
RATA-RATA 52,24 75,06
Statistik Skor Hasil Belajar Siswa pada Siklus I
Statistik Nilai Statistik
Subjek 33
Skor ideal 100
Skor tertinggi 79
Skor terendah 30
Rentang skor 49
Skor rata-rata 52,24
Statistik Skor Hasil Belajar Siswa pada Siklus II
Statistik Nilai Statistik
Subjek 33
Skor ideal 100
Skor tertinggi 100
Skor terendah 50
Rentang skor 50
Skor rata-rata 75,06
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP )
Nama Sekolah : SD Inpres Biring kaloro
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial
Materi : keragaman sosial dan budaya berdasarkan kenampakan alam
Kelas/semester : IV (empat)/I (satu
Alokasi waktu : 2 x 35 menit
Pertemuan I
I. Standar Kompetensi
1. Memahami sejarah, dan keragaman suku bangsa dilingkungan kabupaten / kota dan provinsi
II. Kompetensi Dasar
1.2 mendeskripsikan kenampakan alam dilingkungan kab./ kota dan propinsi serta hubungannya dengan keragaman sosial dan budaya.
III. Indikator pencapaian kompetensi
Kognitif : produk
1. Menjelaskan pengertian kenampakan alam
2. Menyebutkan aneka ragam kenampakan alam
3. Memberikan contoh daratan dan perairan
Kognitif : proses
Membedakan antara daratan dan perairan
Psikomotor
Membaca materi untuk mengetahui berbagai macam kenampakan alam
Afektif
1. Melakukan komunikasi : bertanya dan menjawab pertanyaan
2. Melakukan kerjasama
IV. Tujuan pembelajaran
Setelah melakukan proses pembelajaran diharapkan:
Kognitif : produk
1. Siswa dapat menjelaskan pengertian kenampakan alam
2. Siswa dapat menyebutkan aneka ragam kenampakan alam
3. Siswa dapat memberikan contoh daratan dan perairan
Kognitif : proses
Siswa dapat membedakan antara daratan dan perairan
Psikomotor
Siswa dapat membaca materi untuk mengetahui berbagai macam kenampakan alam
Afektif
1. Dengan terlibat aktif dalam pembelajaran, siswa dapat melakukan komunikasi dengan benar dan santun yang meliputi bertanya dan menjawab pertanyaan.
2. Dengan terlibat aktif dalam pembelajaran, siswa dapat melakukan kerjasama dengan baik.
V. Materi pembelajaran
Keanekaragaman Kenampakan Alam
VI. Metode pembelajaran
1. model : pembelajaran kooperatif tipe talking stick
2. metode : ceramah, tanya jawab dan penugasan.
VII. Kegiatan pembelajaran
Kegiatan (waktu) Fase Kegiatan pembelajaran
Pendahuluan
(10 menit) Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa Memotivasi siswa untuk berani menjawab pertanyaan dan bertanya kepada siswa apakah pernah melihat gunung, pegunungan, pantai dan sungai.
Menyampaikan tujuan pembelajaran
Inti
(60 menit ) Menyajikan informasi Guru menjelaskan tentang kenampakan alam.
Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok Guru Membentuk kelompok yang beranggotakan 4-5 orang.
Memberikan kesempatan kepada siswa untuk membaca buku sesuai dengan materi yang telah dipelajari.
Membimbing kelompok Guru memberikan tongkat kepada salah satu anggota kelompok, kemudian
memberikan pertanyaan.
Siswa yang memegang tongkat harus menjawab pertanyaan dari guru.
Siswa lain membantu menjawab apabila teman kelompoknya tidak bisa menjawab pertanyaan.
Guru memberikan kesimpulan
Evaluasi Meminta siswa mengerjakan lembar kerja
Akhir
(10 menit) Penghargaan Memberikan penghargaan (misalnya dalam bentuk pujian) terhadap kelompok yang kinerja terbaik.
VIII. Penilaian hasil belajar
1. Penilaian produk : lembar penilaian
2. Penilaian sosial : melakukan komunikasi dan kerjasama
IX. Sumber pembelajaran
1. Buku paket BSE ilmu pengetahuan sosial kelas IV SD/MI penerbit pusat perbukuan Departemen Pendidikan Nasional
2. Alam setempat
3. Lembar kerja siswa
4. Lembar penilaian
Makassar, September 2011
Mengetahui,
Mahasiswa P2K
Husnawati
Dosen pembimbing Guru pembimbing
Ainun jariah, S.Ag, M.A Amiri, A.Ma
Senin, 24 Oktober 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar